Kamis, 03 Oktober 2013

ANTROPOLOGI BUDAYA

TRADISI MALAM SATU SYURO PADA ETNIS JAWA

 Upacara Malam 1 Syuro ini, simbol-simbol atau pesan yang terkandung didalamnya mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat desa Trowulan, mojokerto. Pesan atau simbol tersebut menunjukkan bahwa dalam upacara ini masyarakat harus bisa melestarikan budaya warisan dari nenek moyang terdahulu. Penelitian yang masuk pada kelompok explorasi ini didasari atas fenomena tradisi adat kejawen yang dilakukan setiap tahun baru jawa. Dan yang menarik untuk dilakukan penelitian ini adalah apa pesan komunikasi di balik upacara malam 1 suro.
Untuk mendapatkan pengetahuan yang lengkap maka hasil penelitian harus mendeskripsikan tradisi suroan yang dilakukan setiap tahun di Trowulan. Teori yang dijadikan landasan
(1) Reasoned Action
(2) Teori Efektivitas pesan.
Melalui dua landasan teori ini sebagai dasar untuk menemukan apa makna komunikasi dibalik permasalahan. Gambaran tentang malam 1 suro, yang pertama memilih lokasi penelitian yaitu Desa Trowulan, sebab setiap tahun dalam bulan jawa di sebuah pendopo agung ada tradisi tersebut. Paradigma penelitian ini adalah konstruktivisme, membangun ide tentang peristiwa yang terjadi dalam berbagai cara dan terpola secara relatif. Pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan penarikan kesimpulan bersifat khusus ke umum, dari fenomena yang ada dihubungkan dengan teori.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan menetapkan paguyuban amung tani sebagai responden, mereka yang setiap tahun melakukan upacara malam 1 suro di pendopo agung, Trowulan. Cara memperoleh data dengan menggunakan strategi ”permisi masuk” pada kepala desa dan bertemu tokoh masyarakat. Teknik penyajian data yang di peroleh dari lapangan berupa data lokasi life story responden, dan data untuk menjawab permasalahan yakni pesan komunikasi upacara malam 1 suro pada masyarakat kejawen. Teknik keabsahan data dengan cara triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi teori.

Hasil penelitian di Trowulan menunjukkan bahwa pesan-pesan yang terkandung dalam upacara malam 1 suro adalah (1) Ritual Sakral, (2) Seni Tradisional yang perlu dilestarikan, (3) Kegiatan komunikasi yang memiliki makna, (4) Grebeg 1 suro sebagai komunikasi sosial, (5) Macapat sebagai kebersamaan, (6) Pagelaran Wayang sebagai media komunikasi.
Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro, dimana bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender hijriyah yang diterbitkan oleh Sultan Agung. Berlatar belakang dari 1 Muharram di jadikan sebagai awal penanggalan Islam oleh Khalifah Umar Bin Khathab, seorang khalifah Islam di jaman setelah Nabi Muhammad wafat .Pada tahun 931 H atau 1443 tahun jawa baru, yaitu pada jaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara system kalender Hijriyah dengan system kalender jawa pada waktu itu.
Diperingati setelah magrib pada hari sebelum tanggal satu biasanya disebut malam satu suro, hal ini karena pergantian hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.
Banyak pandangan dalam masyarakat Jawa yang menganggap kramat, terlebih bila jatuh pada jumat legi, karena malam 1 suro dikaitkan dengan hal-hal mistis dan berfilosofis. Namun sesunguhnya ada banyak latarbelakang historis peristiwa penting yang terjadi di bulan Suro, khususnya penganut agama Islam, yang tentu saja berafiliasi dengan kebudayaan Mataram Jawa-Hindu. Untuk sebagian masyarakat Jawa pada malam satu suro dilarang untuk kemana mana kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain.
Dalam antropologi (Koentjaraningrat, 1985:243) mengemukakan bahwa upacara-upacara ritual, baik secara kolektif maupun individual, pelaksanaannya harus memenuhi komponen tempat upacara, saat upacara, alat-alat upacara, dan orang-orang yang melakukan upacara. Begitupun dengan tradisi malam satu suro ini. Ada berbagai ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa sebagai pelaksana dalam upacara ini, mempersiapkan alat – alat upacara, melaksanakaan rangkaian ritual, dan sebagainya. Hal ini akan diperjelas dalam sub bab pembahasan. Pada dasarnya Orang-orang Jawa menjalani ritual malem 1 Suro dengan berbagai maksud, yang utama adalah mengharapkan perubahan hidup yang lebih baik di tahun akan datang yang akan dijalaninya.


PERINGATAN DAN RANGKAIAN ACARA MALAM SATU SYURA

Acara Kirab Pusaka Kerajaan di Kasunanan Surakarta berkeliling kota menjelang tengah malam 1 Suro, mubeng beteng keliling benteng Keraton Jogja tanpa berkata sepatah kata pun, pencucian benda-benda pusaka (jimat tradisional) di Keraton Kesepuhan Cirebon, ritual Kirab Tumuruning Maheso Suro di kota Bantul Jawa Tengah berikut acara mendengarkan ramalan Mbah Jokasmo yang konon sebagai mediator kanjeng ratu kidul yang diyakini masyarakat setempat sebagai penguasa laut selatan. Dan di Jawa Timur tidak kalah seru, bertempat di area pasarean (pemakaman keramat) Gunung Kawi berbagai acara digelar, ada pertunjukan wayang kulit, barongsai dan juga acara keliling pendopo sebanyak tujuh kali berlawanan arah jarum jam dengan setiap saat berhenti di depan pintu sisi utara, timur, selatan dan barat sambil menghormat ke dalam makam, dengan maksud ngalap berkah, mengharap keberuntungan dan niatan lainnya.
# Malam 1 Suro bagi warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)
Dalam perjalanan sejarahnya Persaudaraan Setia Hati Terate memiliki tradisi suroan atau dalam bahasa sederhananya menyambut tanggal 1 muharam, yang menjadi sakral dalam penyambutan tanggal tersebut adalah serangkaian ritual seperti cuci mori/kain kafan yang di dapat saat pengesahan jadi warga PSHT dan puter gelang (mengililingi kampung tepat pukul 00.00 dengan berjalan kaki). Mayoritas warga PSHT masih menganggap ini sebagai ritual beraroma mistis dan berorientasi kesaktian, kedigjaya-an, kekuatan magis dsb,
Tidak semua warga PSHT yang mengerti, akan tetapi beberapa warga yang mengerti makna 1 suro dengan benar, ritual “puter gelang” adalah bagian dari pengejawantahan napak tilas keprihatinan leluhur dalam mengemban tugas moral untuk membumikan kebaikan atau dalam bahasa SH terate-nya “memayu hayuning buwono” adapun “kebaikan” dimaksud adalah kebaikan kepada segenap penghuni bumi/alam semesta. harapannya dengan ritual puter gelang, warga SH terate dapat memaknai lebih dalam arti keprihatinan, kesederhanaan, dan kesabaran agar ditahun baru hijriah ini kita dapat lebih bijak menggunakan sisa hidup yang berkurang seiring dengan bertambahnya tahun.
           

Namun bukan hanya Pencak silat ini yang memiliki tradisi yang sama  tapi perguruan lain juga meramaikan dalam suroan ini yaitu Pencak Silat Tunggal Kencer (PSTK) dan Setia Hati Winongo (SHW). Dulu banyak orang yang mengetahui bahwa tiga Pencak Silat tersebut bersaudara, akan tetapi selalu bentrok dalam serangkaian ritual tsb. Itu dikarenakan makam leluhur yang masing - masing   sama dan untuk berziarah mendo’akan di makam pendiri Pencak Silat tersebut. Pada awalnya masih rukun akan tetapi bentrok karena beda keyakinan.
Dan sampai saat ini pun Pencak Silat tsb selalu bentrok, oleh karena itu polisi  di madiun selalu berjaga – jaga guna memisah perselisihan antar Pencak Silat tsb.

# Tradisi Jawa
Dalam tradisi adat jawa Ritual di malam 1 suro yang biasanya masih rutin di jalankan diantaranya;
1)   Ngumbah keris
Ngumbah Keris adalah tradisi mencuci/membersihkan keris pusaka bagi orang yang memilikinya. Dalam tradisi masyarakat Jawa, ngumbah keris menjadi sesuatu kegiatan spiritual yang cukup sakral dan dilakukan hanya waktu tertentu. Lazimnya ngumbah pusaka dilakukan hanya sekali dalam satu tahun yakni pada bulan Suro. Oleh karena ngumbah keris mempunyai makna dan tujuan luhur, kegiatan ini termasuk dalam kegiatan ritual budaya yang dinilai sakral.

2)   Kumkum
Kungkum adalah berendam di sungai besar, sendang atau sumber mata air tertentu, Yang paling mudah ditemui di Jawa khususnya di seputaran Yogyakarta adalah Tirakatan (tidak tidur semalam suntuk) dengan tuguran (perenungan diri sambil berdoa) dan Pagelaran Wayang Kulit.

3)   Tarakat
Ritual Tirakatan berasal dari kata Thoriqot atau Jalan, maknanya adalah kita berusaha mencari jalan agar dekat dengan Allah. Dengan kita melakukan ritual ini tanpa disadari ternyata kegiatan tirakatan ini juga telah meningkatkan kemampuan ketingkat yang lebih tinggi lagi, berupa keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, maupun kemampuan fisik dan pengolahan bathin kita untuk menghadapi berbagai cobaan dan tantangan yang kita hadapi.
4)   Tapa Bisu
Tapa Bisu atau mengunci mulut yaitu tidak mengeluarkan kata-kata selama ritual ini. Yang dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya selama setahun penuh, menghadapi tahun baru di esok paginya.
Seperti tradisi Tapa Bisu yang di lakukan di kota Jogja , mereka melakukan untuk memohon perlindungan dan keselamatan kepada Allah SWT dengan harapan diberikan yang terbaik untuk Kota Jogja.


INDEKS

Setiap bangsa memiliki sesuatu yang dinilai dan dihargai sangat tinggi. Bahkan dianggap sebagai nilai yang sangat menantang dalam pengaturan dan pengendalian kehidupan sosial kultural bangsa tersebut. Hal tersebut dinamakan oleh para ahli dengan nama “ Sistem Nilai Budaya Bangsa”. Sistem nilai budaya merupakan suatu konsepsi yang abstrak dan tinggi, merupakan dasar dari semua aturan – aturan sosial yang berlau, antara lain adat-istiadat, norma – norma, hokum adat dan kebiasaan sosial, sistem sosial dan lain – lain. (Kahl,J.A, 1988:9, dalam Simanjuntak,B.A 2010:2).
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat – istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai budaya merupakan konsep – konsep mengenai sesuatu yang ada dalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat tadi. Walaupun nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat, tetapi sebagai konsep, suatu nilai budaya itu bersifat sangat umum, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata (Koentjaraningrat, 2009:153).



Menurut C.Kluckhon berkaitan dengan orientasi nilai budaya, terdapat 5 hakekat yang melandasi individu atau kelompok menentukan pada taraf mana sistem nilai budaya yang masih dianut., yakni:

1. Masalah hakekat dari hidup manusia ( selanjutnya disingkat dengan MH)
2. Masalah hakekat dari karya manusia ( selanjutnya disingkat dengan MK)
3. Masalah hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu ( MW)
4. Masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya ( MA )
5. Masalah hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya (MM)

Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Beberapa contoh sebagai berikut:
a)    Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai seperorganik.
b)   Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur social, religious, dan lain-lain, ditambah lagi dengan segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
c)      Edward B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
d)   Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
e)    Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi pekertinya.
f)    M. Jacobs dan B.J. Stern berpendapat bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
g)   Dr. K. Kupper mengatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
h)   William H. Haviland berpendapat bahwa kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
i)     Ki Hajar Dewantara mengatakan kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
j)     Francis Merill mengatakan kebudayaan itu pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social dan semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
k)   Bounded et.al mengatakan kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
l)  Mitchell (Dictionary of Soriblogy) mengatakan kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
m) Robert H Lowie mengatakan kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.

n)   Arkeolog R. Sokmono mengatakan kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar