Selasa, 22 November 2016

Trojan Horse

Disaat Kerajaan Ayohdya mengadakan persembahan kuda seperti milik PasukanTroya difilmTroy, untuk kematian istri SriRama, Dewi Sinta.
Kuda Persembahan tersebut dari Kerajaan Alengka, karena sudah "katanya"salah menculik istri SriRama dulu.
Jarane ucul, ditangkaplah oleh anak kembar Lawa dan Kusa, padahal jaran iku sakti mandraguna. Lawa dan Kusa pun lebih sakti.
Lawa dan Kusa tau bahwa Persembahan Kuda iku milik Titisan Wishu, Sri Rama, karena Lawa dan Kusa pengen ketemu Dewa Wisnu lan njajal yok'po saktine Dewo.
Saat mau melihat Kuda Persembahan yang mlayu tersebut, di utusnya senopati-senopati oleh Sri Rama dari Kerajaan Ayodhya tersebut. Mereka, Senopati, kalah dan kocar-kacir, bahkan Sugriwa dan Anoman pun kalah oleh kesaktian Lawa dan Kusa.
Sri Rama pun turun tangan dan dihadapinya sendiri Lawa dan Kusa, anak Dewi Sita.
Tatap muka, face to face, pun tak terhindarkan. Sri Rama tak mengenalnya.
Kocap-kacarito, anak kembar tersebut dilatih oleh Roh Rahwana, raja dari kerajaan Alengka macak berwujud pertapa tua, sebagaimana Rahvana pernah menjelma wujud pertapa tua tersebut saat penculikan Dewi Sinta dihutan Dandaka.
Panah dari Raja Ayodhya melayang dan menuju ke anak kembar tersebut dan dengan mudahnya dihalaunya dengan panah dan panah bukan pedang-pedangan.
Sri Rama meketek, dilepaskanlah panah andalannya, saat Lawa dan Kusa kuwalahan dan hampir kena bujur anak panah itu.

Tiba-tiba..???

Kamis, 03 November 2016

Perseturuan antara Subali dan Sugriwa



     Saat Batara Guru menjodohkan antara Sugriwa dan Dewi Tara. Subali iri "juancuk Sugriwa ole wedok wayune ngunu", saat itulah Subali mempunyai ide licik.
Di lain tempat, Jatasura dan Mahesasura datang ke kahyangan untuk meminta istri yang cantik, dan dipilih adalah Dewi Tara.
Sakwise ngobrak abrik kahyangan, karena lama menunggu jawaban dari Dewi Tara, kedua monster tersebut kembali ke tempat persembunyian yaitu ke negaranya Goa Kiskenda.
Subali dan Sugriwa tau yang mengacau dan meminta istri dari monster tersebut itu Dewi Tara, maka mereka langsung diutus para Dewa, di kongkon marani monster itu.
Pada saat kapene nyerang, Subali tidak mau dikancani Sugriwa dgn alasan "Aku kakakmu, Sugriwa, jika kamu ikut dan kita kalah maka keturunan dari orangtua kita tak ada" dlm hati "agar Para Dewa tau bahwa yg memperjuangkan Dewi Tara adalah aku".
Sugriwa berkata; "cuk, sok yes koen. yoes yoes, tpi bagaimana jika sampean kalah dari kedua monster tersebut?"
Subali menjawa; "jika yang keluar darah merah, maka aku menang dan jika aku kalah maka darah yang keluar adalah darah putih, maka segeralah koen tutupen gua ini dengan batu", disautnya perkataan oleh Sugriwa "sendikoo..".
Bumi gonjang-ganjing, dan ternyata yang keluar cuma sedikit darah merah dan itu berarti menang, akan tetapi darah yang keluar tersebut bercampur oleh darah putih yang banyak serta usus dan otak yang keluar milik kedua monster tersebut. Dikiranya kakaknya yang kalah.
"Kini kau tiada, Subali..
Bayangmu tiada..
Akupun tiada.."

Sugriwa bersenandung.
maka Sugriwa segera menutup gua tersebut dan lari ke kelompoknya.
Dalam gua tersebut lantang Subali cerik-cerik; "Sugriwa asu koen, juancuuk (padahal monyet, ora asu, heuheu) koen ninggal aku nang kene, oalah begitu kah caramu untuk mendapatkan Dewi Tara, juaancuk".


-Ada Yang Tiada - Sudjiwotedjo
-Gambar; searching google

Sabtu, 07 November 2015

Rahwana I Love U..

Episode027 

RAHWANA mbawa Dewi Sinta ke Alengka. Istri Prabu Rama dari Kerajaan Ayodya itu digondolnya setelah Garuda Jatayu yang mencegat Rahwawa di dirgantara keok oleh si raja Alengka itu. Sekarang wis 12 tahun lebih Sinta nduk Argasoka, tempat bintang lima di Alengka. Padahal Rahwana sudah punya istri, Dewi Tari.
Konon penyebabnya sepele. Dewi Tari uring-uringan terus soalnya Rahwana sering mbanding-bandingno masakannya ambek masakan ibunya, Dewi Sukesi. Pikir Tari, ”Enakan jadi Siti Hawa ya, Adam ndak mungkin pernah nyebut-nyebut masakan ibunya.”
Waktu pergi ke tabib, Dewi Tari diberi obat penenang. Dia heran, Rahwana tidak pernah mau minum obat. ”Bukan untuk Bapak, aduh, tapi untuk Mbak Tari. Agar Mbak Tari tidur saja ndak usah ngomel-ngomel sehingga suami betah di rumah,” kata tabib.
Gareng bertanya-tanya, ternyata di Alengka tidak saja diumbar nikah siri dan poligami. Bahkan berpoligami dengan istri orang lain juga sip sip saja.Bagong selalu berbeda dibanding Gareng, kakaknya. Bungsu Semar ini selalu polos-polos saja. Tidak pernah sok kritis dan sok intelektual bagai kakak sulungnya. Bagong selalu berpegang pada prinsip sederhana bapaknya, ndak usah repot-repot mikir segala hal termasuk poligami boleh apa nggak.
”Yang penting, apa pun agamanya, umat yang terbaik adalah yang paling berguna buat sesama,” kata Bagong singkat.
Weladalah! Petruk berusaha membuat kata-kata Bagong panjang seperti hidungnya. Percuma tidak nikah siri, tidak poligami, kalau konsentrasi tiap laki-laki cuma melulu pada keluarganya sendiri. Makanya, banyak orang lain yang nganggur, kelaparan, bahkan sampai menjuali bayi-bayinya.Petruk masih ingin lebih panjang lagi. Katanya, keluarga bukanlah tiang negara. Ini salah kaprah. Bangsalah tiang keluarga. Kalau bangsa ini baik, pengangguran sedikit, karena barang-barang dari China ditunda masuknya sehingga industri dalam negeri tak banyak yang bangkrut, keluarga-keluarga akan tenang.
Di dalam pengangguran yang tidak merajalela, keluarga-keluarga akan tenang. Para orang tua lebih lega melepas anak-anaknya pergi ke sekolah. Mereka tidak was-was anaknya dicopet atau diculik maupun diiming-imingi narkoba. Lapangan kerja akan membuat kriminalitas berkurang.
”Jadi, kamu anti pada orang yang tidak mau berpoligami, orang yang cuma memikirkan keluarga dari istri pertama,” tanya Gareng.
Lho, aku tidak anti. Ingat, namaku ini Petruk alias Kantong Bolong. Aku suka mengambil jalan tengah. Sebab, ingat, yang enak-enak itu pasti yang di tengah. Aku cuma menjadi penyambung lidah dari Bagong yang tidak bisa omong bertele-tele agar tidak dikira anggota Pansus Century.”
Bagong tersentak. Sebenarnya dia bukannya tidak bisa bicara panjang lebar. Tapi dia ingin setia pada pepatah kuno agar kita tak bicara panjang lebar. Kalau terlalu panjang kasihan ibu-ibu, terlalu lebar kasihan bapak-bapak.Bisa sih, Bagong berpanjang-panjang. Misalnya, suburnya mafia-mafia di Italia dulu justru karena prinsip bahwa keluarga adalah tiang negara. Semua orang memikirkan keluarganya sendiri. Polisi bahkan tak bisa berkutik memberantas mafia karena semua orang melindungi keluarganya dari penyidikan aparat hukum.
Belum purna ponokawan itu rembukan, terdengar langkah Rahwana menuju Taman Argasoka. Ketiga abdi yang ngintil Dewi Sinta itu segera ngumpet di balik pohon yang pernah dipakai Hanuman menclok ketika dahulu menjadi duta Prabu Rama, pohon Nagasari.
***
Macan mati meninggalkan belang. Gajah mati meninggalan gading. Garuda Jatayu mati meninggalkan, pertama, desain Garuda yang dipakai perancang Georgio Armani. Kedua, salah satu bulu di sayap. Bulu itu tanpa disulap kontan menjadi keris. Pesan Garuda Jatayu setelah kalah dari Rahwana agar Sinta selalu menghunus keris itu. Gunakanlah untuk bunuh diri kalau Rahwana menyentuh sedikit saja kulit Sinta.
Maka, selama lebih dari 12 tahun di Taman Argasoka, Sinta selalu menghunus keris ketika Rahwana memasuki taman. Dan ini yang membuat Rahwana sangat bersedih.
Menurut Rahwana, ini akibat peraturan tentang konten jejaring sosial internet belum diterapkan di Alengka Diraja. Mungkin karena itu maka banyak sekali isi facebook, twitter, blog, dan lain-lain yang mengandung fitnah bahwa dirinya berbahaya bagi perempuan.
Di Taman Argasoka itu, di depan Sinta yang memegang keris dan mengarahkan ke ulu hatinya sendiri, Rahwana menangis. Padahal selama 12 tahun keluar masuk Taman Argasoka, tepatnya ruang Gran Mahakam kamar 803, tak sebersit pun ia akan menyentuh Sinta sebelum Sinta jatuh hati kepadanya. Kelak Ponokawan akan menjadi saksi yang meringankan Rahwana, bagai Susno Duadji yang meringankan Antasari.
Lho, kamar 803 ta? Gak kamar 308?” Bagong nyeletuk.
”Goblok kamu Gong,” bentak Gareng. ”Nomor 308 itu kamare Nyi Roro Kidul nduk Hotel Samudera Beach, Pelabuhan Ratu, Sukabumi…”
Kembali ke Rahwana. Ia merasa difitnah. Dia merasa tidak sejelek yang dituduhkan banyak orang selama berabad-abad. Dewi Sinta menurutnya tidak diculik. Rahwana hanya menagih haknya, yaitu hak menikahi Dewi Widowati yang menitis ke Dewi Sinta.
Ingat. Ketika lahir ke dunia Rahwana cuma berupa darah (Rah) di tengah hutan (wana), lalu darah itu menggeliat-geliat menjadi manusia bermuka sepuluh (Dasamuka). Rahwana malu. Saking malunya, putra pasangan nikah siri Wisrawa dan Sukesi itu kemudian bertapa di Gunung Gohkarno 50 ribu tahun lamanya. Setiap seribu pemilukada alias 5.000 tahun ia penggal kepalanya satu.
Nah, menjelang kepalanya yang kesepuluh dia penggal sendiri, Sekjen Para Dewa, Bathara Narada datang tergopoh-gopoh. Ia larang cucu Prabu Sumali itu bunuh diri apalagi di saat Imlek.
”Hayyyya…Alam semesta ini perlu Yin dan Yang, perlu keseimbangan, perlu hitam dan putih…Perlu juga warna kelabu. Kalau semua orang putih, hayyya o blegenjong blegenjong pak pak pong, pak pak pong, maka dunia ini njomplang…,” kata Narada sambil menari-nari bagai barongsai.
Di Gunung Gohkarno itu, akhirnya Rahwana tak jadi bunuh diri. Tapi ia meminta dua hal. Dua-duanya disetujui oleh Narada. Yaitu, pertama, kesaktian yang tiada tanding. Kedua, menikahi titisan Dewi Widowati.
Kini Dewi Widawati alias Dewi Sri sudah menjelma jadi sosok perempuan di hadapannya, Dewi Sinta. Tapi mengapa Sinta akan menghunjamkan keris bunuh diri seolah-olah Rahwana akan melakukan pelecehan seksual.
”O, Sinta. O, putri Mantili juwita malamku. Jangan samakan aku dengan guru-guru spiritual yang biasanya melakukan pelecehan seksual. Inilah akibatnya kalau konten jejaring sosial internet tidak diawasi. Kamu termakan fitnah di internet selama ratusan abad bahwa Rahwana itu jelek.”
”O, Sinta, percayalah padaku seperti kelelawar percaya kepada malam, bahtera percaya kepada angin. Jangan kamu termakan oleh jutaan tukang fitnah di internet yang menyalahtafsirkan Empu Walmiki, pengarang Ramayana. Aku tidak seburuk itu, wahai putri duyung tawananku…”
”Sesungguhnya aku rela kamu dinikahi Prabu Ramawijaya meski Dewata dahulu kala telah menjanjikan kamu buat aku. Yang aku geregetan, kok kamu dapat lanangan yang tidak jantan, sing kerjone cuma tebar pesona? Ramawijaya memanah dari belakang ayah Anggodo, yaitu Resi Subali. Ndak hadap-hadapan lho.”
”Dan saking tebar pesonanya, aku sampek ngimpi di saat puspo tajem, yaitu saat menjelang fajar. Artinya ngimpi yang bakal kejadian. Selepas dari Alengka ini kamu akan dibakar Rama. Rama telinganya tipis. Ia sangat sensitif mendengar gunjingan warga bahwa kamu wis ndak suci lagi setelah 12 tahun bersamaku. Makanya ia tebar pesona dengan membakarmu. Tapi kamu suci. Makanya kamu tidak terbakar. Rama belum puas. Ia buang kamu ke hutan Dandaka sampai melahirkan anak dari Rama, yaitu Kusa dan Lawa…”
O, Rahwana menangis. Membik-membik, mbrebes mili, meninggalkan Taman Argasoka.
***
Alengka sudah hampir ludes digempur Prabu Ramawijaya beserta seluruh koalisinya termasuk Sugriwa dari Partai Kera. Ada desas-desus Sarpakenaka, perempuan, bendahara, dan menteri keuangan Alengka akan dijadikan korban. Korban selanjutnya adalah Patih Prahasto, wakil presiden Alengka.
Ternyata kabar burung itu benar. Koalisi Rama menjadikan Sarpakenaka dan Prahasto sebagai korban. Kini Alengka tinggal seorang diri, Rahwana, yang sedang bertandang ke Taman Argasoka.
Dewi Sinta membatin. Jan-jane ia ndak termakan fitnah internet soal kekejian Rahwana. Malah menurutnya konten internet tidak usah diawasi oleh negara. Jarno wae masyarakat internet sendiri yang akan mengadili para pemain culas di dalamnya. Nyatanya hukuman moral itu sekarang sudah jalan sendiri. Masyarakat akan menolak pengisi You Tube yang kurang ajar misalnya.
Dengan keris dari bulu Jatayu selama ini, Sinta jan-jane sudah tahu dari zaman Singosari bahwa Rahwana itu punya sisi positif juga. Sinta cuma ingin menguji ketulusan cinta Rahwana. Dan itu telah 12 tahun terbukti. Rahwana tidak pernah marah sedetik pun setiap Sinta menolak disentuh.
Hanya, malam ini Sinta kaget. Rahwana marah luar biasa, ketika Sinta menguji Rahwana dengan permohonan. Ia memohon agar Rahwana yang tinggal seorang diri dan dikepung, keluar saja dari kraton, menghadap minta ampun pada Ramawijaya yang memimpin pasukan pengepung dari Bukit Maliawan.
”Apa, Sintaku? Aku harus menyerah? Matamu lihat ndak seluruh rakyatku sudah binasa? Menteri keuanganku juga sudah dikuyo-kuyo lalu bongko? Wakilku juga sudah jadi korban? Sekarang kamu minta aku tetap hidup dengan meminta maaf pada belahan jiwamu? Memang kamu kira Rahwana pemimpin macam apa? Pemimpin yang tidak bertanggung-jawab ketika anak-anak buahnya matek dijadikan bal-balan munyuk-munyuk itu?”
Rahwana langsung bablas seorang diri menghadapi jutaan koalisi Ramawijaya.
O, Pak De Karwo, O, Gus Ipul, O sedulur-sedulur Lumpur Lapindo…sak kal lemes dengkul Dewi Sinta sepergi Rahwana. Ia terkulai. Gelung rambutnya pudar menyentuh tanah. Ia menangis tanpa kata-kata. Tapi pohon Nagasari di taman itu mampu menangkap isyarat. Di lubuk hati Sinta sekelebat terdengar kalimat lirih, mirip judul lakon wayang minggu ini. (*)
*) Sujiwo Tejo tinggal di www.sujiwotejo.com
Disadur Sepenuhnya dari Jawa Pos, Kolom Mingguan, Wayang Durangpo

Sabtu, 01 Februari 2014

Nyanyian Puteri Nawangsari




Raja Purabaya hanya memiliki puteri tunggal. Namanya Puteri Nawangsari.  Ibunda Puteri Nawangsari telah lama meninggal dunia sehingga puteri Nawangsari  sering merasa kesepian. Meskipun ayahnya sangat menyayanginya, namun kesibukan sang raja dalam mengurus negara sering menyita waktu sehingga tidak memiliki cukup banyak waktu untuk memperhatikan puteri Nawangsari.  

Itulah sebabnya Putri Nawangsari sering merasakan kesepian. Dia sering menghabiskan waktunya ditaman depan kamarnya dan duduk menyendiri disana sambil bersenandung. Suara Putri sungguh merdu sekali. Bila Puteri sedang bernyanyi, semua burung-burung berhenti berkicau dan bertengger diatas daun untuk mendengarkan nyanyian Puteri Nawangsari. Sementara Puteri Nawangsari sendiri seakan tidak menyadari bila suaranya sungguh merdu bagaikan bulu perindu.

Pada suatu hari, kerajaan  mereka diserang musuh. Raja Purbaya mati ditangan Pangeran Rangga Permana,  putra mahkota kerajaan Martalaya, musuh yang menghancurkan kerajaan Raja Purbaya. Puteri Nawangsari   merasa sedih melihat ayahnya telah menjadi mayat. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan bersembunyi di reruntuhan gudang belakang istana yang sudah dihancurkan musuh.
Ketika malam tiba, diam-diam Puteri Nawangsari   keluar dari tempat persembunyian. Puteri Nawangsari berlari masuk kedalam hutan dan bersembunyi disana. Dia merasa sedih sekali melihat kerajaan ayahnya telah hancur dan dikuasaimusuh.

Puteri Nawangsari   terus masuk kedalam hutan hingga akhirnya dia tiba di sebuah gubuk yang sangat sederhana. Puteri Nawangsari   yang sudah kelelahan dan merasa lapar, segera masuk kedalam gubuk itu. Dia melihat seorang nenek tua sedang meramu daun-daunan.
“Siapakah engkau?” tanya nenek itu dengan suara lirih.
Puteri Nawangsari   menceritakan siapa dirinya dengan sesungguhnya. Nenek itu mendengarkan dengan seksama. Ditatapnya wajah Puteri Nawangsari   dengan perasaan iba.
“Kau senasib dengan aku.” Kata nenek itu dengan suara tersendat. “Aku juga dahulu adalah seorang puteri raja. Kerajaan ayahku dihancurkan musuh. Akulah satu-satunya anggota keluarga kerajaan yang berhasil menyelamatkan diri. Seluruh keluargaku dibunuh oleh musuh ayahku.” 
“Oh, benarkah begitu, nek?” Puteri Nawangsari  terperangah tak percaya.
Nenek itu mengangguk. “Dan musuh yang menghancurkan kerajaanku adalah Raja Saradipa, raja kerajaan Martalaya.”
“Apa? Raja Saradipa  adalah ayah pangeran Rangga Permana.”
“Ya, musuh kita ternyata sama dan nasib kita pun sama.” Nenek itu menganggukan kepalanya. Ditatapnya wajah Puteri Nawangsari, namun tiba-tiba nenek itu memekik keras. “Tidak! Kau tidak boleh bernasib sama seperti aku! Kau tidak boleh menyia-nyiakan hidupmu. Dulu, ketika kerajaanku diserang, usiaku sama denganmu. Dan aku berhasil menyelamatkan diri. Hidupku selamat tapi sia-sia. Tak ada yang kukerjakan dihutan ini selain meramu obat-obatan dan sesekali menolong penduduk desa yang sakit. Tidak, kau tidak boleh sama dengan aku.”

Puteri Nawangsari  mendengarkan kata-kata si nenek dengan penuh perhatian. Dia tidak memahami apa maksud si nenek.
“Sekarang kau tinggalah bersama aku. Aku punya rencana untukmu.” Kata si nenek dengan suara bersemangat.
Beberapa hari lamanya Puteri Nawangsari  tinggal bersama nenek itu. Suatu malam, nenek itu menemui Puteri Nawangsari dikamarnya.
“Aku mendengar suaramu sungguh merdu sekali. Pergilah menyamar kekerajaan Martalaya. Melamarlah untuk menjadi pelayan diistana. Bila ada kesempatan, bernyanyilah. Usahakan agar Pangeran Rangga Permana mendengarkan nyanyianmu. Dia akan terpikat kepadamu. Usahakan agar Pangeran Rangga Permana mengawinimu. Setelah itu, kita bisa membalas dendam kematian ayah kita dan juga kehancuran kerajaan kita.”

Puteri Nawangsari  merasa keberatan dengan saran nenek itu namun dia tidak berani membantah karena nenek itu sudah menolongnya dari kesulitan. Esok harinya Puteri Nawangsari  pergi ke istana Martalaya. Beruntung, dia diterima sebagai pelayan istana. Tugasnya adalah menghantarkan buah-buahan dan makanan ringan setiap pagi dan sore kekamar Pangeran Rangga Permana. Selama beberapa waktu Puteri Nawangsari  menjalankan pekerjaan itu. Seperti saran si nenek, pada waktu luang Puteri Nawangsari  duduk ditaman dan bernyanyi dengan suaranya yang merdu. Karena suasana hati Puteri Nawangsari  sedang sedih, lagu-lagu yang dinyanyikannya terasa menyentuh kalbu dan menimbulkan perasaan haru.

Pada suatu hari Pangeran Rangga Permana  sedang duduk dikamarnya. Dia merasa tertarik mendengar suara seseorang yang sedang bernyanyi. Pangeran rangga Permana  mendekati jendela. Ditaman istana, dia melihat pelayan cantik yang setiap hari mengantarkan buah-buahan dan makanan kekamarnya sedang duduk dibangku taman sambil bernyanyi.

Pangeran Rangga Permana  tak kuasa menahan perasaannya. Dia pergi ketaman istana dan menemui Puteri Nawangsari. Pangeran Rangga Permana  bersembunyi dibalik sebuah pohon besar mendengarkan nyanyian Puteri Nawangsari. Ketika Puteri Nawangsari selesai bernyanyi, Pangeran Rangga Permana  keluar dari tempat persembunyiannya dan bertepuk tangan.
“Suaramu merdu  sekali, Nawang.” Puji sang pangeran. “Kau lihat, burung-burungpun berhenti berkicau ketika kau sedang bernyanyi.”

Puteri Nawangsari  hanya tersenyum malu mendengar pujian Pangeran Rangga Permana. Sejak hari itu, hubungan sang pangeran menjadi akrab dengan Puteri Nawangsari. Bahkan raja dan permaisuri pun tidak melarang hubungan sang pangeran dengan Nawangsari  karena raja dan permaisuripun sangat senang mendengarkan suara Nawangsari yang merdu. Bahkan tidak lama kemudian  Pangeran Rangga Permana menikah dengan Nawangsari. Pesta perkawinan mereka diselenggarakan dengan meriah. Tidak ada seorangpun dikerajaan Martalaya yang mengetahui bahwa Nawangsari adalah puteri Raja Purbaya dari kerajaan Sidayu yang sudah mereka hancurkan.
Suatu hari Puteri Nawangsari  sedang memetik bunga ditaman istana ketika tiba-tiba nenek dihutan itu datang.

“Sekarang sudah tiba saatnya untuk membalas dendam, Nawangsari.”  Kata nenek itu mengejutkan Puteri Nawangsari  yang tidak mengira dengan kedatangannya. “Bila malam tiba, ketika suamimu sudah lelap tertidur, bunuhlah dia. Lalu kau diam-diam menyelinap kedalam kamar raja dan permaisuri. Bunuh pula mereka. Setelah itu kau kaburlah diam-diam. Aku akan menunggumu diluar pintu istana. Kita berdua akan menyelamatkan diri setelah membalas dendam.”
Puteri Nawangsari  menatap si nenek dengan bingung. Dia mengelus perutnya. Dia sedang hamil tiga bulan. Oh, tidak mungkin dia membunuh suaminya yang sebentar lagi akan menjadi ayah dari bayi yang dikandungnya. Namun lagi-lagi Puteri Nawangsari  tidak sanggup untuk membantah nenek itu. Dia hanya diam saja ketika nenek itu menyelipkan tiga buah belati dibalik gaunnya.

Malam itu Puteri Nawangsari  merasa gelisah sekali. Dia tak sanggup memejamkan matanya. Dilihatnya suaminya telah tertidur.
Puteri Nawangsari  memperhatikan suaminya. Perasaannya campur aduk. Dia membenci Pangeran Rangga Permana  karena telah membunuh ayahnya dan menghancurkan kerajaannya. Namun setelah dia menjalankan perintah si nenek dan kemudian rencana mereka berhasil sesuai dengan keinginan si nenek sang pangeran mengawininya, rasanya dia tidak mungkin membunuh laki-laki yang telah menjadi suaminya. Lagi pula dia sangat mencintai dan menyayangi Pangeran Rangga Permana seperti halnya sang pangeran pun mencintai dan menyayangi dirinya. namun untuk membantah si nenek pun dia tidak berani.

Puteri Nawangsari  mengambil belati yang disembunyikan dibawah bantalnya. Diangkatnya belati itu diatas dada suaminya, namun tangannya terasa bergetar. Berkali-kali Puteri Nawangsari  mencoba namun selalu saja dia tak kuasa untuk melakukannya. Akhirnya belati itu terjatuh kelantai menimbulkan bunyi yang nyarin. Pangeran Rangga Permana  terbangun. Dia heran melihat sebuah belati tergeletak diatas lantai. Dipungutnya belati itu.
“Ada apa, Nawang?” Tanya Pangeran Rangga Permana.
Puteri Nawangsari  tak sanggup berbohong. Dia menceritakan segalanya kepada suaminya. Dia juga menceritakan siapa dirinya sebenarnya. Pangeran Rangga Permana  mendengarkan dengan seksama. “Sebenarnya kau punya kesempatan untuk membunuh aku. Tidurku barusan lelap sekali. Kenapa engkau tidak membunuhku?” Tanya Pangeran Rangga Permana.

“Bagaimana mungkin aku dapat membunuhmu? Engkau adalah suamiku dan calon ayah dari bayi yang sedang kukandung ini.” Sahut Puteri Nawangsari sambil menangis.
Pangeran Rangga Permana memeluknya dengan penuh haru. Pangeran lalu pergi kekamar ayah dan ibunya menceritakan apa yang baru saja terjadi. Raja Saradipa dan permaisuri merasa terkejut. Mereka lalu menyuruh ponggawa menangkap si nenek yang sedang menunggu Puteri Nawangsari  didepan pintu gerbang. Tak lama kemudian si nenek berhasil ditangkap dan dimasukan kedalam penjara.

Sementara Puteri Nawangsari, setelah melahirkan putranya dia merasa gelisah tak menentu. Meskipun suaminya sangat mencintainya, namun dia selalu dibebani perasaan berdosa kepada ayahnya karena dia menikah dengan orang yang telah membunuh ayahnya. Akhirnya Puteri Nawangsari terganggu jiwanya. Dia sering menjerit-jerit setiap malam. Pangeran Rangga Permana  berusaha menyembuhkan istrinya. Namun akhirnya Puteri Nawangsari  meninggal karena tekanan jiwa.

Pangeran  Rangga Permana  merasa menyesal dengan perbuatannya dan kekejaman leluhurnya. Nenek itu dibebaskan. Ketika diangkat menjadi raja, pangeran Rangga Permana  memerintah dengan adil dan bijaksana. Dia tak pernah lagi memerangi kerajaan lain karena perang menimbulkan penderitaan. Hingga akhir hayatnya, Pangeran Rangga Permana  tidak menikah lagi karena cintanya hanya untuk Puteri Nawangsari.



http://batiksaca.blogspot.com/2013/05/nyanyian-puteri-nawangsari.html

Rabu, 25 Desember 2013

BADAN YANG MENENTANG GANJA

Namun Pemerhati masalah anti narkoba yang juga Wakil Ketua Komisi III DPR, Aziz Syamsudin menilai bahwa agak sulit untuk memberikan legalisasi untuk melegalisasi ganja karena bertentangan dengan UU No 35/2009 tentang Narkotika. ” Agak sulit untuk mengamandemen UU tersebut jika berkenaan dengan legalisasi ganja,’katanya menanggapi gerakan Kelompok Lingkar Ganja Nusantara (LGN) yang berjuang agar ganja dilegalkan.

Sementara Sekjen DPP Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Ashar Surjobroto. Anshar menilai, bahwa kami menentang apapun bentuknya untuk melegalisasi ganja karena bisa menjadi gerbang lemahnya penegakan hukum serta gerbang legalisasi narkoba lainnya. “Ini menjadi malapetaka buat bagi keutuhan bangsa khususnya generasi muda,” tegas Anshar yang juga anggota Presidium Forum LSM Anti Narkoba Nasional.

Jakarta – Selain banyak mudaratnya, ganja juga memiliki manfaat. Hal inilah yang melatarbelakangi Indonesia National Institute on Drug Abuse (INIDA) meneliti manfaat ganja di Indonesia sehingga bisa dilegalkan penggunaannya. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan menentang keras ide legalisasi ganja di Indonesia. Ide itu akan mematahkan semangat kampanye antinarkoba di Indonesia selama ini. Semua yang telah dilakukan untuk memerangi narkoba baik dari segi biaya maupun tenaga akan sia-sia. Mental jadi down habis. “Itu akan menimbulkan dampak mentalitas yang luar biasa. Akan memutarbalikkan ke titik nol kampanye narkoba yang selama ini kita galakkan. Ada wacana melegalkan saja akan mengendorkan semangat kita,” ujarnya kepada detikcom, Senin (2/7/2007).


Menurut Amidhan, penelitian apa pun yang dilakukan pasti akan mencari manfaatnya. Padahal sebenarnya ganja itu lebih banyak mudaratnya. Karena manusia cenderung berbuat jelek, dengan adanya legalitas ganja pasti yang diambil adalah mudaratnya bukan manfaatnya. “Seperti minuman keras diharamkan Alquran karena dianggap lebih besar mudaratnya. Kalau dipakai untuk kesehatan, kan sudah juga. Tapi masih saja sekarang dipakai untuk mudarat juga,”tukasnya. Dikatakan Amidhan, Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara lain yang telah melegalkan ganja. Indonesia sangat berbeda dari segi moral dengan negara lain. “Kalau dilegalkan, Aceh itu nanti jadi kebun ganja semua isinya. Ganja akan melumpuhkan bangsa,” tegas Amidhan. Amidhan menilai, jika ganja dilegalkan maka hal ini akan membuka kesempatan bagi seseorang untuk bisa mendorong orang menyimpan ganja dan memanfaatkannya untuk hal-hal negatif. “Nanti cenderung lebih jauh. Pokoknya nggak bisa. Berarti nanti setiap orang bisa menyimpan sesukanya di dalam rumah dengan alasan bisa jadi bumbu masakan,” cetusnya. (ziz/nrl).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
http://bataviase.co.id/node/673093

No Way untuk Legalisasi Ganja di Indonesia
• Media Indonesia
• Opini

Lingkar Ganja Nusantara terus mengampanyekan ganja dikeluarkan dari daftar narkotika. Ratna Nuraini GERAKAN Nasional Anti Narkotika (Granat) menyerukan tidak satu pun alasan yang bisa digunakan untuk melegalkan pemakaian ganja. “Noway, noexaise untuk ganja. Ini sangat bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 mengenai Narkotika,” tandas Ketua Dewan Pemimpin Pusat Granat Sarmoedjie di Jakarta, kemarin.

Seruan Sarmoedjie berkaitan dengan kampanye komunitas Lingkar Ganja Nusantara (LGN), yang terus menuntut pemerintah meneliti manfaat dan melegalkan ganja, dengan berdemo setiap akhir pekan selama bulan Mei. Meskipun komunitas LGN sudah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM untuk membuat Yayasan Peneliti Ganja, bagi Granat hal itu bukan merupakan dukungan dari pemerintah. Purnawirawan Kolonel Angkatan Laut ini menyatakan tidak mudah mengubah perundang. undangan yang ada di negara ini, apalagi untuk melegalisasi ganja. Badan Narkotika Nasional (BNN) juga menentang kampanye LGN. Deputi Pemberantasan Narkoba BNN Tommy Sagiman mengatakan pihaknya mengedepankan Undang-Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang salah satu isinya melarang peredaran narkoba termasuk ganja. “Undang-undang harus kita tegakkan. Sisi legal hukum positif, sesuai dengan Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, jelas itu dilarang,” paparnya, kemarin.

Kandungan senyawa tetra Itydro ainnabinol yang ada pada ganja sangat membahayakan bagi kesehatan. “Setelah mengisapnya bisa menyebabkan pusing, sakit, dan mual,” imbuh Tommy. Pandangan tersebut tentu ditentang Ketua LGN Dira Naraya. Menurutnya, ganja memiliki manfaat di bidang industri dan medis. “Industri bisa memproduksi 50.000 produk termasuk kosme-tik dari ganja,” ujarnya beberapa waktu lalu. Di bidang medis, manusia sudah memakai ganja dari tahun 3.000 sebelum Masehi. Alasan lainnya, terkait hak asasi manusia (HAM). “Di mana relevansinya orang menghisap ganja dengan penjara. Itu kan pilihan, sama seperti rokok, kopi, atau makan kentang,” batasnya.

Direktur Pemberantasan Narkoba Alami BNN Brijen Benny J Marnoto menentang pandangan Dira. Selama Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika masih berlaku, usulan itu tidak akan tercapai dan legalisasi ganja merupakan perbuatan sia-sia. Benny menambahkan, pihaknya sudah mencoba berdialog dengan kelompok LGN guna mengetahui maksud dari legalisasi ganja yang mereka usulkan. “Kami sudah membuka diri dengan mengundang mereka untuk berdialog. Kalau memang tujuannya untuk penelitian harus dari lembaga yang memiliki izin resmi dan terdaftar, jika itu ada ya silakan.” Jika pertimbangannya ekonomi, menurut Benny, perlu dikajibaik buruknya legalisasi ganja. “Harus dipertimbangkan mudaratnya,” terangnya.

Setiap akhir pekan pada bulan Mei, aktivis legalisasi ganja di sejumlah kota di dunia menggelar aksi ke jalan untuk memperingati Global Mari-juana March. Di Jakarta, aksi digalang LGN dengan membawa berbagai spanduk berisi permintaan untuk melegalkan ganja dan bahwa ganja bukanlah narkoba.

Jumat, 15 November 2013

KONSER REPUBLIK JANCUKERS MAHA CINTA RAHWANA



Surabaya, sukses konser pertama, Sudjiwo Tedjo menggelar konser keduanya pada 19-20 november 2013 di Gedung Jatim Expo Internasional jl. Ahmd Yani N.99 Surabaya. Sekaligus mempersembahkan karyanya untuk Duapuluh Lima Tahun berkiprah di bidang seni musik dan budaya.
Budayawan yang terkenal sebagai Dalang Edan yang nyentrik yang sudah mendalang sejak usia belia ini mengelar konser Maha Cinta Rahwana sebagai tanda perjalanan panjang nan kreatif. Konser tersebut tidak hanya menampilkan serangkaian lagu, tetapi lagu tersebut juga memberikan  alur pengisahan dengan pendekatan wayang dimana Rahwana terkenal sebagai tokoh jahat dijadikan baik dan Pandawa dibuat tidak selalu benar dan tokoh-tokoh lainnya.
Bintang Indrianto menjadi penata music, Agus Noor menjadi show director dan Ong Hari Wahyu menjadi artistik dalam konser tersebut. Bukan hanya Sudjiwo Tedjo saja yang tampil di konsernya namun ada Tujuh artis pendukung yaitu Butet Kertaredjasa, Anji, Sruti Respati, Eka Deli, Tya Subiakto, Sitok Srengenge, Trio GAM (Gareng, Wisben, Joned).

“Konser ini akan mencakup banyak elemen dan ekpresi seni yang selama ini saya geluti, ini adalah pertunjukkan yang sesungguhnya tak otak pementasan tari, pemanggungan baca puisi dan berbagai kategori lain. Dalam pagelarannya, dalang ya menyanyi, ya bersastra, ya menggerakkan wayang, ya menata musik, ya menari” ujar Sudjiwo Tedjo saat jumpa pers Maha Cinta Rahwana di Graha Bakti Budaya,kamis (22/08/13) lalu.